MAKALAH
ASUHAN
NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA
“
KONSEP ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA ”
Disusun
oleh :
Sulistiyowati
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
DIPLOMA
III KEBIDANAN JAYAPURA
TAHUN
ANGKATAN 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan
yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada kesulitan apapun.
Adapun
maksud dan tujuan penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita dimana makalah ini membahas tentang “Konsep
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”.
Untuk
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini dimana
kami tidak dapat menyebutkannya satu-satu.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam
penyusunannya atau materi didalamnya. Kritik dan saran dari para pembaca
sangatlah kita harapkan untuk penyempurnaan makalah kami berikutnya.
Sentani,
19 November 2013
PENULIS
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………….. i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………… ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………….. iii
BAB III PENDAHULUAN
1. Latar
belakang………………………………………………………………….. 1
2. Rumusan
masalah……………………………………………………………….. 2
3. Tujuan
penulisan…………………………………………………………………. 2
BAB
II PEMBAHASAN
1. Adaptasi
Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar Uterus………………….. 3
2. Pencegahan
infeksi………………………………………………………………. 10
3. Rawat
gabung…………………………………………………………………… 14
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
……………………………………………………………………… 22
2. Saran……………………………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Penelitian
menunjukan bahwa,50% kematian bayi baru terjadi dalam periode neonatal yaitu
dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup,
bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipogli komia dan
akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang
harus di lakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonates sebagai organisme
yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin dapat bertahan
dengan baik karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam
fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologi yang di lakukan bayi
baru lahir perlu di ketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan bagi ibu, bayi
dan anak. (wafi nur muslihatun).
Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang
semula bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis karena :
1.
Mendapatkan
oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya yang baru.
2.
Mendapatkan
nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup
3.
Dapat
mengtur suhu tubuh
4.
Dapat
melawan setiap penyakit dan infeksi
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir ) adalah proses
penyesuaian fungsional neonatus dar kehidupan didalam uterus ke kehidupan di
luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila
terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat
dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
Proses adaptasi BBL yang paling
dramatic dan cepat terjadi pada 4 aspek, yaitu pada system pernafasan, system
sirkulasi/ kardiovaskuler, kemampuan termoregulasi dan kemampuan menghasilkan
sumber glukosa. Proses adaptasi tersebut terjadi sebagai akibat perubahan
lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi menerima rangsang yang
bersifat kimiawi, mekanik dan termik. Perubahan tidak hanya terjadi pada system
tubuh diatas saja, pada system tubuh lainnya juga terjadi perubahan walaupun
tidak jelas terlihat.
Menurut
laporan kelompok kerja WHO pada bulan april 1994, dari 8,1 juta kematian bayi
di dunia, 48% di antaranya adalah kematian neonatal. Sekitar 60% di antaranya
merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7 hari serta kematian bayi yang
lebih dari 7hari akibat gangguan perinatal. Sekitar 42% kematian neonatal di sebabakan oleh infeksi
seperti tetanus neonaturum, sepsis, meningitis, pnemonomia dan diare. Pada
kematian neonatal karena infeksi, dua pertiganya berkaitan erat dengan proses
perasalinan.
Bayi baru lahir berisiko tinggi terinfeksi dibandingkan janin yang masih berada
dalam uterus. Pada keadaan dimana BBL terpapar oleh organisme benda asing tidak
terlalu membahayakan bagi bayi dan diistilakan dengan kolonisasi dan bayi dapat
membentuk imuinitas untuk melawan organisme yang menimbulkan infeksi. Tetapi
jumlah atau virulensi organisme berlebihan melebihi mekanisme pertahanan bayi
akan mengakibatkan terjadinya infeksi yang disebut infeksi klinis.
Infeksi pada neonatus lebih
sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir
di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam
hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik.
Bayi baru lahir mendapat imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal
dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja
dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut
terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
2.
Rumusan masalah
1)
Apa
itu adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus ?
2)
Apa
sajakah pencegahan infeksi itu sendiri ?
3)
Apa
yang dimaksud dengan rawat gabung ?
3.
Tujuan penulisan
1)
Menjelaskan
Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
2)
Menjelaskan
pencegahan infeksi
3)
Menjelaskan
rawat gabung
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap
Kehidupan Di Luar Uterus
Adaptasi
neonatal ( bayi baru lahir ) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar uterus. Kemampuan adaptasi
fisiologi ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka
bayi akan sakit.
Mekanisme
hemostatis/ adaptasi bayi baru lahir
System
|
Intra uterin
|
Ekstra uterin
|
Respirasi/
sirkulasi
Pernafasan
volunteer
Alveoli
Vaskularisasi
paru
Resistansi
paru
Intake oksigen
Pengeluaran
CO2
Sirkulasi paru
Sirkulasi
sistemik
Denyut jantung
|
Belum
berfungsi
Kolaps
Belum aktif
Tinggi
Dari plasenta
ibu
Di plasenta
Tidak
berkembang
Resistansi
ferifer
Rendah
Lebih cepat
|
Berfungsi
Berkembang
Aktif
Rendah
Dari paru bayi
sendiri
Di paru
Berkembang
banyak
Resistansi
perifer
Tinggi
Lebih lambat
|
Saluran cerna
Absorbsi nutrient
Kolonisasi kuman
Feses
Enzim pencernaan
|
Belum aktif
Belum
Mekonium
Belum aktif
|
Aktif
Segera
>Hari ke- 4, feses biasa
Aktif
|
Homeostasis
adalah kemampuan mempertahankan fungsi – fungsi vital, bersifat dinamis,
dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termaksud masa pertumbuhan
dan perkembangan intrauterine.
Perubahan-perubahan
yang terjadi setelah proses kelahiran
1.
Perubahan system respirasi
a. Perkembangan
system pulmonary
Paru-paru berasal dari jaringan endoderm yang muncul dari faring
yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Proses initerus berlanjut
setelah kelahiran
hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang , walaupun janin menghasilkan dan bukti gerakannya fasse
panjang 2 dan 3. Pernafasan janin dalamrahimtidakkalapsataumengempis. Alveolus
janin berisi cairan amnion, namun setelah proses kelahiran maka akan berganti
menjadi berisi udara. Ke tidak matangan paru-paru terutama akan mengurangi
peluang ke langsungan hidup BBL. Sebelum usia 24 minggu, yang di sebab kan oleh
ke terbatasan per mukaan alveolu, ke tidak matangan system kapiler paru-paru
dan tidak mencukupi nya jumlah surfaktan. (dwi muryanti, s.sT, sujisnti SST,
dan tri budianti)
Perkembangan system pulmoner terjadi
sejak masa embrio, tepatnya pada umur ke hamilan 24 hari. Pada umur kehamilan
24 hari ini bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kahamilan 26-28 hari
kedua membesar. Pada umur kahamilan 6
miggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan 12 miggu terjadi deferesis
silobus. Pada kehamilan 24 minggu terbentuk
alveolus. Pada kehamilan 28 miggu terbentuk surfaktan. Pada umur 34-36
menggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah dapat mengem bangkan
ke system alveoli. (Wafi Nur Muslihatun )
b. Awal
adanya pernapasan
1) Empat
factor yang ber peran pada rangsangan napas pertama bayi :
a. Penurunan
Pa O2 dankenaikan Pa CO2 merangsang komore septor yang terletak di sinus
koritus
b. Tekanan
terhadap rongga dada (toraks) sewaktu me lewati jalan lahir
c. Rangsangan
dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernapasan
d. Reflek
deflasi Hering Breur
2) Mekanisme
terjadinya pernapasan untuk pertama kali
Terdapat 2 proses mekanisme terjadinya
pernapasan untuk pertama kali, berdasarkan pada penyebab rangsanga, yaitu :
a. Mekanisme
rangsangan mekanis
Rangsangan mekanis terjadi saat bayi
melewati vagina yang menyebabkanterjadinyapenekananpadaronggathorakjanin
b. Mekanismerangsangankimiawi
(rangsanganterhadapkemoreseptor), thermal ( rangsangadingin di
daerahmuka),mekanikal(sentuhan), sensori .rangasangan kimiawi, thermal, mekanik
ladansensori dapat menyebabkan terjadinya pergerakan pernapasan pertama kali
sehingga dapat memasuki alveoli sejumlah kurang lebih 40cc. (Dwi Maryanti,
S,SiT, Sujianti, SST, Tri Budiarti,SST).
Rangsangan untuk bernapas berasal dari :
a.
Kompresi
toraks janin pada proses kelahiran sedikit mendesak cairan dari saluran
pernapasan sehingga mempeluas ruangan untuk masuknya udara dan mempercepat
pengeluaran air dan alveolus
b.
Rangsangan
fisik ketika penanganan bayi selama persalinan dan kontak dengan permukaan yang
relatif kasar diyakini merangsang pernapasan secara refleks dari kulit
c.
Rangsangan
berrupa dingin, gravitasi, nyeri , cahaya atau suara
2.
Perubahan system kardiovaskular
Perubahan
kardiovaskular terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh
darah tubuh. Terdapat hokum yang menyata kan bahwa darah akan mengalir pada daerah-daerah yang mempunyai
resistensi yang kecil. Perubahan system kardiovaskular yang terjadi yaitu;
1. Penutupan
voramenovale
3. Vena
dan arterium bikalis
4. Perubahan
system termogenik (DwimaryantiS,SiT, Sujianti, SST, Tri Budiarti, SST)
3.
Perubahan system urinarius
a. Neonates
harus miksi dalam waktu 24 jam setelahlahir, dengan jumlah urines sekitar
20-30ml/hari dan meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada waktu akhir minggu
pertama. Urine encer, warna kekuning-kuningan dan tidak berbau.
b. Fungsiginjal
fungi ginjal belum sempurna karena jumlah nefronmatur belum sebanyak orang dewasa dan ketidak seimbangan
antara dua permukaan glemerulusdan volume tubu lusproksimal serta bood flow
pada neonates kurang bila di bandingkan dengan orang dewasa
4.
Perubahan suhu tubuh
Terdapat
mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkungannya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi
kebenda sekitarnya yang kontak lansung dengan tubuh bayi ( pemindahan panas
dari tubuh bayi ke obyek lain melalui kontak lansung ). Contoh hilangnya panas
tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan
penolong yang ingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin
untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara
sekitarnya yang sedang bergerak ( jumlah panas yang hilang tergantung kepada
kecepatan dan suhu udara). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi,
ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan
bayi baru lahir diruang yang terpasang kipas angin.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir,
keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2
objek yang mempuanyai suhu berbeda ).
Contoh bayi mengalami kehilangan panas
tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan air
condisioner ( AC) tanpa diberikan pemanas atau ( radiant warmer )., bayi baru
lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan
dengan ruangan yang dingin, misalnua
dekat tembok.
d. Epavorasi
Panas hilang melalui proses penguapan
tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara ( perpindahan panas dengan
cara merubah cairan menjadi uap ). Evaporasi di[pengaruhi oleh jumlah panas
yang dipakai, tingkat kelembaban udara, aliran udara yang melewati. Apabila
bayi baru lahir dibiarkan dalam suhu kamar 25 ̊ C, maka bayi akan kehilangan
panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (
perkg BB ), sedangkan yang dibentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuh mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir, antara lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi
dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi,
menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera menimbang
atau memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
5.
Perubahan metabolisme
Luas
permukan tubuh neonatus, relative lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga
metabolism basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru sehingga tenaga energy diperoleh dari metabolism
karbohidrat dan lemak.
Pada
jam –jam pertama energy didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua,
energy berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada
hari keenam pemenuhan kebutuhan energy bayi 60 % didapatkan dari lemak dan 40 %
dari karbohidrat.
6.
Perubahan peredaran darah
Fetus
( janin) menerima oksigen makanan dari plasenta, maka seluruh darah fetus harus
melalui plasenta. Semua darah tercampur, antara darah yang direksiogenisasi
ketika meninggalkan fetus untuk masuk kembali kedalam plasenta.
Fungsi
paru- paru dijalankan oleh plasenta. Fetus tidak mempunyai sirkulasi polmoner
seperti sirkulasi pada orang dewasa. Pemberian darah secara terbatas mencapai
paru – paru, hanya cukup untuk makan dan pertumbuhan paru- paru itu
sendiri.seluruh pencernaan dari fetus juga tidak berfungsi karena plasenta
menyediakan makanan dan menyingkirkan buangan keluar dari fetus.
Fetus
in utero mempunyai sirkulasi yang jelas berlainan setelah lahir. Darah yang
sudah direokgenesasikan meningkan plasenta melaui satu –satunya fena umblika.
Fena umblika berjalan didalam tali pusat ke umblikus dan dari sana ada fena
kecil yang berjalan ke porta hepatis. Hampir tidak ada darah masuk kedalam hati
sebab vena umblika langsung tersambung dengan vena ca inferior melalui sebuah
pembuluh besar, yang disebut ductus venosus, sebuah struktur hanya ada pada
masa fetus. Setelah berada didalam vena cava inferior darah berjalan ke atas
dan mencapai antrium kanan. Sebagian besar darah buka masuk kedalam ventrikal
kanan ( sebagai mana sirkulasi pada orang dewasa) bukan masuk antrium kiri
tetapi melalui lubang fetal yang hanya untuk semntara ada didalam septum
interatrial yang disebut foramen ovale.
Setelah mencapai antrium kiri, darah masuk melalui
ketup netral kedalam fentrikel kiri. Kontraksi fentrikel; kiri mendorong darah
masuk dalam aorta asendes. Dari sini sebagian besar darah didistribusikan ke
jantung, otak dan anggota atas. Darah yang tertinggal dalam lengkungan aorta
masuk dalam aorta torasika abdominalis desendes. Setelah beredar dalam otak dan
anggota atas, darah kembali kejantung melalui vena cava superior dan mencapai
atrium kanan darah berjalan terus kebawah kedalam atrium kanan, kemudioan
melalui lubang tricuspid darah masuk kedalam ventrikel kanan. Dari sini darah
dipompa masuk kedalam arteri pulmolaris.
Paru- paru dalam masa fetus tidak aktif dan hanya
mendapat sedikit darah. Sebagian besar darah dalam arteri pulmonaris disalurkan
langsung kedalam aorta melaui arteri besar berotot yang disebut ductus
erteriolus yang bergabung dengan aorta dekar akhir lengkungan aorta ( aorta
torasika desendens) dengan demikian sebagian besar darah yang dioksigenisasi
yang melalui ductus alveolus dan sebagian kecil darah yang berisi oksigen,
mencapainya melaui lengkungan aorta.
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena
umblikalis sebagian menuju kehati sebagian langsung ke serambi kiri jantung
kemudian kebilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melaui aorta
keselurruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian
ke ductus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang
mengakibatkan tekanan anterior dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan
turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung
kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hanya ini
terjadi pada jam- jam pertama setelah kelahiran oleh kerena tekanan dalam paru
turun dan tekanan dalam aorta desendens naik serta disebabkan oleh rangsangan
biokimia 9 pa O2 yang naik) dan ductus anterious berobliterasi . kejadian -
kejadian ini terjadi pada hari pertama kehidupan bayi baru lahir.
Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4 – 5
liter permenit / m2 ( glessner, 1965).
Aliran darah sitolik pada hari pertama rendah yaitu
1, 96 liter/ menit/ m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketika ( 3,45 liter/
m2) karena penutupan ductus arteriosus.tekanan darah pada waktu lahir
dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse plsenta dan pada jam – jam
pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira
–kira 85/ 40 mmHg.
7.
Perubahan system gastroinstestinal
a. Kapasitas
lambung neonates sangat bervariasi dan tergantung pada ukuran bayi, sekitar
30-90ml. pengosomgan di mulai dalam beberapa menit pada saat pemberian makanan
dan selesai 2-4 jam setelah pemberian makanan dan pengososongan ini di
pengaruhi oleh beberapa factor antara lain waktu dan volume makanan, jenis dan
suhu makanan serta sters fisik
b. Mekonium
yang ada dalam usus besar sejak 16 mggukehamilan, di angkat dalam waktu 24jm
pertama kehidupan dan benar-benar di buang dalam waktu 48-72jam. Feses yang
pertama berwarna hijau kehitam-hitaman, keras, dan mengandung empesdu.
c. Refeks
gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
d. Untuk
memastikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu
8. Perubahan
system hepar
Segera setelah lahir hati
menunjukkan perubahan bio kimia dan morfologis berupa kenaikan kadar protein
dan penurunan kadar lemak dam glikogen
9. Perubahan
system imunitas
a. System
imunitas neonates masih belum matang, sehinnga men yebab kan neonates retan
terhadap berbagai infeksi dan alergi.
b. Kekebalan
hamil juga di sediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
c. ASI
dan terutama kolo strum memberikan kekebalan pasif kepada bayi dalam bentuk :
1. Laktoferin
2. Lisosom
3. Factor
antripsin
4. Factor
bifindus
10. Perubahan-perubahan
system reproduksi
Pada
neonates perempuan labiamayora dan labiaminora mengaburkan vasi bulum dan
menutup iklitoris. Pada neo nates lai-lakipreptium biasa nya tidak sepenuhnya
tertarik masuk dan testis sudah turun
11.
Perubahan system skeletal
Tubuh
neonatus kelihatan sedikit tidak proposional, tangan sedikit lebih panjang dari
kaki, punggung neonatus kelihatan lurus dan dapat mengangkat dan memutar kepala
ketika menelungkup.
12.
Perubahan keseimbangan air dan fungsi
ginjal
Tubuh
bayi baru lahir mengandung relatif banyak
dari air dan kadar natrium relative lebih besar dari kalium karena
ruangan ektraseluler luas, fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron
masih belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomelurus
dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relative kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
13.
Perubahan immunoglobulin
Pada
neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang, lamina propia ilium
serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stres imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi
bila ada infeksi yang dapat melaui plasenta ( lues, toksoplasma, herpes
simpleks dan lain- lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan
sel plasma dan antibodi gamma A,G dan M.
14. Perubahan
traktus digestivus
Traktus digestivus relative lebih
berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus,
traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri
dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam
10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.
Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali
amylase pancreas.
15. Perubahan
keseimbangan asam basa
Derajat keasaman (PH) darah pada
waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobic. Dalam 24 jam neonatus telah
mengkompensasikan asidosis ini.
16. Perubahan-perubahan
System neuromuscular
a. Di
bandingkan dengan system tubuh lain, saraf neonates baik secara anatomi maupun
fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan reflek spina dan batang otak dengan control
minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan-bulan awal walaupun interaksi
social terjadi lebih awal
b. Beberapa
aktifitas reflek yang terdapat pada neonates atara lain:
1. Reflekmoro
2. Rooting
reflex
3. Reflek
menghisap dan menelan
4. Reflex
batukdanbersin
5. Reflex
genggam
6. Reflek
melangkah
7. Reflek
otot leher
8. Baby
nskyreflex. (DwiMaryuni, SiT, Sujianto, SST, Tri budiarti, SST)
2. Pencegahan Infeksi
Pencegahan
infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru
lahir karrena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat
penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi.
Tindakan
infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut ini:
1) Mencuci
tangan secara seksama sebelum dan susudah melakukan kontak dengan bayi.
2) Memakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
3) Memastikan
semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didiisfeksi
tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih
dari satu bayi.
4) Memastikan
bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi,
telah dalam keadaan bersih.
5) Memastikan
bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda- benda lainnya
yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih ( dekontaminasi dan cuci
setiap kali setelah digunakan).
6) Menganjurkan
ibu menjaga kebersihari, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari (putting
susu tidak boleh disabun).
7) Membersihakan
muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun
setiap hari.
8) Menjaga
bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang
bayi sudah cuci tangan sebelumnya.
Upaya
yang dapat di lakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir menurut
( Dwi maryanti dkk, 2011) yaitu:
1.
Kolonisasi bayi dan infeksi BBL
Kebanyakan
bayi di lahirkan dari lingkungan steril dari dalam uterus, namun sewaktu dan
setelah lair ia ldi hadapkan pada sejumlah organisme yang mengkoloni kulit,
nasofaribg, dan saluran gastrointestinal. Neonates yang sakit yang menjalani
berbagai prosedur invasive dapat di kolonisasi pada berbagai tempat dengan
sejumlah organisme, khususnya bacteria gram negative.
Kulit
neonates merupakan tempat pertama dan utama untuk kolonisasi bakteri, khususnya
untuk stafilokokus aureus, yang sering di peroleh dari kamar bayi dari pada
dari ibunya. Setiap lecet atau luka sayat pada kulit akan membrikan kesempatan terjadinya
infeksi dengan organisme pathogen. Tambahan lagi, neonates mempnyai
sekurang-kurangnya satu luka bedah terbuka (tali pusat) yang masih sangat
rentan terhadap infeksi. Sunat, jika dilakukan adalah luka lainnya
Walaupun
infeksi yang berat pada bayi cukup bulan sangat jarang terjadi, kalau itu
terjadi seringkali sekunder dari grub β streptokokus, E Coli, L. monositogenes,
sitrobakterdiversus, salmonella, klamidia, virus herpes simpleksatau
enterovirus. Semua organisme ini dapat di tularkan ke bayi lain di kamar bayi
melalui tangan staf dirumah sakit jika kewaspadaan baku tidak diikuti, terutama
penggunaan sarung tangan.
2.
Bentuk pencegahan infeksi yang dapat di
lakukan pada masa janin dan neonates antara lain : imunisasi maternal (tetanus,
rubella, varicela, hepatitis B), dan penggunaan salep mata post natal untuk
mencegah infeksi mata karena klamida, gonore dan jamur.
3.
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi. Saat melakukan penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan
tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
a. Cuci
tangan secara seksama sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan neonates.
b. Pakai
sarung tangan bersih pada saat menangani neonatus yang belum di mandikan
c. Pastikan
bahwa semua peralatan, termasuk klem
gunting dan benang tali pusat telah di desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan
pernah menggunakan bola karet yang penghisap untuk lebih dari satu neonates
d. Pastikan
bahwa semua pakaian, handuk, selimut, serta kain yang di gunakan untuk neonates
dalam keadaan bersih
e. Pastikan
bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
yang akan bersentuhan dengan neonates dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan
cuci setiap kali di sterilkan sebelum di gunakan). (Dwi Maryanti, S.SiT,
Sujianto, SST, Tri Budiarti, SST)
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanan awal yang harus di lakukan
pada bayi baru lahir karena bayi baru Lhir sangat rentan terhadap infeksi. Pada
saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi, tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah
sebagai berikut.
1. Membersiahkan
muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun
setiap hari.
2. Menjaga
bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastiak ornag yang memegang
bayi sudah cuci tangan sebelumnya
Upaya lain yang dapat di lakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir menurut ( wafi nur muslihatun,
2001) adalah:
1. Pencegahan
infeksi pada tali pusat
Upaya ini di lakukan dengan cara merwat
tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak ada
terkena air krncing, kotoran bayi atau nanah, pemakain popok bayi di letakkan
di sebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat
dengan air bersih yang mengalir dan sabun., segera di keringkan dengan kain
yang steril dan kerin dan di bungkus dengan kain kasa tipis yang steril dan
kering. Di larang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya
pada luka tali pusat, sebsb akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat
berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus di
waspadai antar lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah
dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali
pusat di temukan perdarahan, pembengkakan, keuar cairan, tampak merah atau
berbau busuk
2. Pencegahan
infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di lakukan dapat
mencegah infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah
meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi,
sehingga menyababkan terjadinya kolonisasi mikrooragnisme ibu yang cenderung
bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibody bayi yang sudah terbentuk dalam
air susu ibu.
3. Pencegahan
infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi
baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih
dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setekah baru lahir dengan kapas
atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di bersihkan dengan air hangat.
Dalam 1 jam setelah bayi baru lahir,
berikan salep/ obat tetes mata untuk mencegah oflamia neonaturumI(tetrasiklin
1%, eritromisin0,5% atau nitras agensi 1%), biarkan obat tetap oada mata bayi
dan obat yang ada di mata bayi, ciuci tangan kembali. Keterlambatan pemberian
salep mata setalh lewat 1 jam setelah lahir, merupakn sebab tersering kegagalan
upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
4. Imunisasi
Bentuk
pencegahan infeksi yang dapat dilakukan pada masa masa janin dan neonatus
antara lain : imunisasi maternal ( tetanus, rubella, varicela, hepatitis B ),
dan penggunakan saleb mata post natal untuk mencegah infeksi mata karena
klamidia, gonore, dan jamur.
Pada daerah resiko
tinggi infeksi tuberkolosis, imunisasi BCG harus di berikan pada bayi segera
setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio di anjurkan pada bayi
segera setelah lahir atau berumur 2 mggu. Maksud pemberian imunisasi polio
secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi hepatitis B
sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaanya di lakukan secara
bertahap. Pada daerah resiko tinggi, pemberian imunisasi hepatitis B di
anjurkan pada bayi segera setelah lahir (Wafi Nur M uslihatun ).
3.
Rawat
Gabung
3.1
Pengertian
rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu system perawatan
ibu dan anak bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga
memungkinkan sewaktu- waktu, setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya. (
Dwi maryanti dkk, 2011).
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan
ketika bayi baru lahir ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangan (
perawatan terpadu ibu dan anaknya).( Hj. Deslidel dkk, 2011)
Rawat gabung adalah satu cara perawatan ibu
dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam
sebuah ruang, kamar atau tempat besama-sama selama 24 jam penuh dalam
seharinya. ( Wafi nur muslihatun, 2010).
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan bayi bersama-sama
atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu-waktu tersebut dapat menyusui
bayinya ( Wafi nur muslihatun, 2010).
Rawat
gabung dapat bersifat:
1) Continue:
dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus menerus.
2) Intermitten:
dimana bayi sewaktu-waktu ingin menyusui atau atas permintaan ibunya dapat
dibawa kepada ibunya.
3.2 Tujuan rawat gabung
Tujuan
rawat gabung menurut Hj. Deslidel dkk,
antara lain:
1) Mencegah
infeksi silang
2) Agar
bayi mendapat colostrum ASI
3) Memberi
rangsangan secara dini untuk pertumbuhan dan perkembangan
4) Membantu
hubungan ibu dan bayi agar lebih dekat dan erat
5) Member
kesempatan pada ibu dan keluarga agar mendapat pengalaman
6) Memberikan
pendidikan kesehatan
Tujuan
rawat gabung menurut Wafi nur muslihatun yaitu:
1) Membina
hubungan emosional antara ibu dan bayi
2) Meningkatkan
pengunaanair susu ibu ( ASI )
3) Pencegahan
infeksi
4) Pendidikan
kesehatan bagi ibu
Tujuan rawat gabung menurut Dwi maryanti
dkk yaitu:
1) Bantuan
nasional
Setelah
proses kehamilan dan persalinan yang lama dan melelahkan, ibu akan sangat
senang dan bahagia bila dekat dengan ibunya. Hubungan ibu dan bayinya sangat
penting ditumbuhkan pada saat-saat awal dan bayi akan memperoleh kehangatan
tubuh ibu, kelembutan dan kasih sayangnya.
2) Penggunaan
ASI
Dari
segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan terbaik bayi. Dan produksi
ASI akan makin cepat dan makin banyak bila menyusui dilakukan dengan segera dan
sesering mungkin.
3) Pencegahan
infeksi
Pada
perawtan terpisah maka ejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan
melakukan rawat gabung maka infeksi silang dapat dihindari. Kolostrum yang
mengandung antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa
dari saluran cerna bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai
kekebalan yang tinggi.kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama diare.
4) Pendidikan
kesehatan
Pada
saat melaksanaan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan
kesehatan pada ibu, terutama primipara. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat
tidur menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi, sehingga
ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.
3.3
Manfaat rawat gabung bagi ibu dan bayi
1. Aspek
Fisik
1) Manfaat
bagi ibu
a. Involusi
uterus akan terjadi dengan baik
b. Mempercepat
mobilisasi
c. Mempercepat
produksi ASI
d. Ibu
dapat dengan mudah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya
karena setiap saat dapat melihat bayinya.
2) Manfaat
bagi bayi
a. Melindungi
bayi dari bahaya infeksi
b. Mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi nosokomial
c. Mengurangi
bahaya aspirasi
d. Bayi
menyusu dengan tehnik yang benar
e. Dengan
menyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan.
3) Manfaat
bagi bidan
Pekerjaan
berkurang, dan dapat melaksanakan KIE.
2. Aspek
Fisiologis
Banyak mendapatkan nutrisi secara fisiologis dan Membantu
proses involusi uterus
3. Aspek
Psikologis
1) Manfaat
bagi ibu
a. Meningkatkan
keakraban ibu dan bayinya
b. Memberi
kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayi
c. Member
rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat bayinya, dan
d. Memberikan
kesempatan kepada ibu untuk mengenal tangisan bayinya.
2) Manfaat
bagi bayi
Dengan sentuhan dapat merupakan
stimulasi mental dini yang diperlukan bagi tumbuh kembang anak,khususnya rasa
aman.
3) Manfaat
bagi keluarga
Dapat
mendorong ibu agar menyusui bayinya dan member kesempatan bagi ibu dan keluarga
untuk mendapat pengalaman cara merawat bayi.
4) Manfaat
bagi bidan
Bidan
merasa tenang dan dapat mengerjakan pekerjaan lain serta mempunyai banyak waktu
untuk berkomunikasi dengan ibu pascapartum.
4. Aspek
Edukatif
Ibu
mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mampu menyuui serta
merawat bayinya.
5. Aspek
Ekonomi
Adanya
penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan, biaya
perawatan sedikit, tidak perlu membeli susu dan pelengkap, dan anak jarang
sakit sehingga biaya berobat berkurang.
6. Aspek
Medis
Manfaat
dari tenaga medis akan berkurang dan tenaga yang ada dapat melakukan pekerjaan
yang lain, menurunkan terjadinya infeksi nosokomial, dan Menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas.
3.4
Pelaksanaan rawat gabung
1) Di
poliklinik kebidanan
a. Ibu-ibu
diberikan penyuluhan tentang kebaikan ASI dan perawatan gabung: perawatan
payudara, makanan ibu hamil dan perawatan bayi.
b. Lebih
baik bila ada ruangan untuk memutar film tentang cara perawatan payudara, KB,
cara memandikan bayi, merawat tali pusat dan lain sebagainya.
c. Melayani
konsultasi dalam masalah kesehatan ibu dan anak.
2) Di
kamar bersalin
a. Bayi
memenuhi syarat perawatan gabung dilakukan perawatan bayi baru lahir, seperti
biasa. Criteria yang diambil sebagai patokan untuk dapat dirawat bersama ibunya
adalah:
a) Nilai
AFGAR lebih dari 7
b) Berat
badan > 2500 gram dan < 400 gram
c) Masa
kehamiolan lebih dari36 minggu dan kurang dari 42 minggu.
d) Lahir
spontan
e) Tidak
ada infeksi intra partum
f) Ibu
sehat
g) Tidak
ada komplikasi persalinan baik pada ibu maupun pada bayinya.
h) Tidak
ada komplikasi kelainan bawaan berat.
b. Dalam
setengah jam sampai setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya yang
belum mendapat pengeluaran ASI.
c. Memberikan
penyuluhan mengenai ASI perawatan gabung, terutama bagi ibu yang belum mendapat
penyuluhandi Poliklinik.
d. Mengisi
status secara lengkap dan benar.
e. Persiapan
agar ibu dan bayinya dapat bersama-sama keruangan.
f. Memberitahukan
kepada petugas diruangan perinalogi dan bahwa ada bayi yang akan dirawat serta
pengurusan administrasinya.
3) Di
ruangan perawatan
a. Bayi
diletakkan dalam tempat tidur yang ditempatkan disamping tempat tidur ibu.
b. Petugas
harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali keadaan- keadaan yang
tidak normal serta kemungkin melaporkan kepada dokter jaga.
c. Bayi
boleh menyusu bila bayi atau ibu menginginkannya.
d. Bayi
tidak boleh diberi susu dari botol. Bila terpaksa atau sesuai dengan indikasi
medis bayi dapat diberi susu formula dengan menggunakan
sendok/cangkor/pipet/sonde lambung.
e. Ibu
harus dibantu untuk dapat menyusui byi dengan baik, juga untuk merawat
payudaranya.
f. Keadaan
bayi sehari-hari dicatat dalam status.
g. Bila
bayi sakit atau perlu observasi lebih teliti, maka bayi dipindahkan keruang
perawatan khusus bayi baru lahir.
h. Bila
ibu dan bayi sudah boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara-cara
merawat bayi dan memberikan ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu
menyusui.Kepada ibu diberikan brosur yang berhubungan dengan itu dan dipesan
agar memeriksakan bayinya satu mnggu kemudian.
4) Di ruangan poliklinik/ruangan rawat jalan
Biasanya dilakukan di
poliklinik kebidanan atau klink laktasi.Pemeriksaan di ruangan poliklinik
meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI.Yang dikerjakan di ruangan ini adalah
:
a. Menimbang
berat badan bayi
b. Memperhatikan
payudara ibu,apakah ada kelainan yang mengganggu proses laktasi
c. Anamnesis
mengenai makanan bayi yang akan dierikan serta keluhan yang tinbul.
d. Mengecek
keadaan ASI.
e. Memberikan
nasehat mengenai makanan bayi,cara menyusukan bayi,perawatan bayi dan makanan
ibu menyusui
f. Memberikan
peraturan makanan bayi.
g. Pemeriksaan
bayi oleh ahli anak
h. Pemberian
menurut aturannya.
3.5
Persyaratan rawat gabung yang ideal
1)
Bayi: bayi diletakkan dalam boks dekat
ibunya dan disediakan pakaian bayi.
2)
Ibu: tempat tidur ibu dan perlengkapan
pernafasan nifas.
3)
Ruangan : ukuran ruang untuk tempat
tidur. Ruan ibu/bayi yang masih memerlukan perawatan harus dekat.
4)
Sarana: lemari pakaian ( ibu dan anak),
tempat mandi bayi dan perlengkapannya, tempat cuci tangan ibu( air mengalir),
setiap ruang mempunyai kamar mandi bagi ibu, sarana penghubung, petunjuk/
sarana perawatan ( payudara, bayi, makanan buteki dan nifas), perlengkapan
perawatan bayi, petugas mempunyai kemampuan dan keterampilan pelaksanan rawat
gabung.
5)
Untuk rumah sakit pendindikan : adanya
audio visual dan buku.
6)
Adanya system pencatatan dan pelaporan:
bayi yang mempunyai syarat rawat gabung ( nilai Apgar > 7, berat badan >
2500 g dan < 4000 g, masa kehamilan > 36 minggu dan < 42 minggu, lahir
spontan presentasi kepala, tanpa infeksi intrapartum).
7)
Ibu harus sehat, jam pertama setelah
lahir, bayi segera disusukan ibu untuk merangsang pengeluaran ASI.
8)
Fasilitas untuk pemberian penyuluhan,
persiapan ibu dan bayi dapat bersama-sama dalam ruangan.
9)
Adanya petugas perinatologi.
10) Bayi
diletakkan ditempat tidur bayi yan ditempatkan disamping tempat tidur ibu. Pada
waktu berkunjung, bayi dan tempat tidurnya dipindahkan keruangan lain.
Perawatan harus memerlukan keadaan umum bayi, mengenal keadaan yang tidak
normal dan melaporkan pada dokter jaga. Bayi tidak boleh diberikan susu dari
botol. Bila ASI masih kurang boleh menambah air putih / formula dengan sendok.
Ibu dibantu agr dapat menyusui bayinya dengan bayi dan untuk merawat payudara.
Keadaan bayi sehari-hari dicatat dalam status. Bila sakit, bayi harus observasi
lebih teliti dan dipindahkan keruang perawatan bayi baru lahir. Bila ibu dan
bayi pulang, ibu akan diberi penyuluhan.
3.6
Peran dokter dan bidan dalam melaksanakan
rawat gabung
Peran
dokter dalam melaksanakan rawat gabung adalah mengariskan kebijakan dan tata
tertib rawat gabung, melaksanakan perawatan ibu dan anak, dan merencanaan,
melaksanankan serta menilai kegiatan KIE kepada ibu dan keluarga tentang
laktasi dan gizi ibu.
Peran
bidan adalah mengajak dan memotivasi ibu melakukan perawatan payudara, cara
menyusui, meawat bayi, merawat tali pusat dan memandikan bayi, mengatasi
masalah laktasi, memantau keadaan ibu dan bayi, mempraktekkan hal-hal yang
diajarkan bidan, dan mengatasi adanya kelainan pada ibu dan bayi serta
melaporkan pada dokter.
3.7
Hambatan dalam melaksanakan rawat gabung
Hamabatan
dalam melaksanakan rawat gabung meliputi adanya kasus yang tidak teratasi,
belum memperoleh penyuluhan sehingga takut untuk rawat gabung, kuang tenaga
pelaksana untuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan, terpaksa karena masih
menggunakan susu formula ketika ASI sangat sedikit dan ibu belum bisa menyusui.
3.8
Kontraindikasi rawat gabung
Pada
keadaan tertentu maka rawat gabung tidak diajurkan,misalnya pada :
1. Keadaan
ibu
a. Kondisi
kardiorespirasi yang tidak baik, missal : penyakit jantung derajat III
sebaiknya tidak menyusui.
b. Pasca
eklampsia,ksadaran belum baik.
c. Penyakit
infeksi akut,TBC terbuka.
d. Penyakit
hepatitis B,terinfeksi HIV,acmv ; seperti herpes simpleks.
e. Terbukti
menderita karsinoma payudara.
f. Psikosis.
2. Keadaan
bayi
a. Bayi
kejang atau kesadaran menurun.
b. Sakit
pada jantung dan paru.
c. Bayi
yang memerlukan pengawasan intensif/terapi khusus.
d. Cacat
bawaan sehingga tidak mampu menyusui.
3.9
Model
pengaturan ruang gawat gabung
a. Satu
kamar dengan satu ibu dan anaknya (model peawatan kelas)
b. 4
– 5 orang ibu dlam satu kamar dengan bayi pada kamar lain bersebelahan,dan bayi
dapat ditarik keluar kekamarnya tanpa si
ibu perlu meninggalkan tempat tidurnya.
c. Beberapa
ibu dlam satu kamar dan bayi dipisahkan dalam ruangan kaca yang kedap
sura,sehingga ibu dapat langsung memperhatikan anaknya dan dapat mdengambilnya
serta membawa ke tempat tidur semuanya.Cara ini tidak dpat banyak merubah
bentuk ruangan,tinggal kita memberikan penyekat-penyekat yang diperlukan.untuk
memudahkan mobilitas maka tempat tidur bayi dapat diberi roda sehingga
mudah didorong,bentuk ruangan model ini
dapat bemacam-macam dan itu dapat disesuaikan dengan keadaan setempat.
d. Model
dimana ibu dan bayi tidur diatas tempat tidur atau kasur yang sama.
e. Bayi
tidur di tempat tidur bayi yang letaknya di samping ibu
3.10
Keuntungan dan kerugian rawat gabung
a. Keuntungan
:
1. Menggalakkan
pemberian ASI.
2. Kontak
emosi ibu dan anak lebih dini dan lebih rapat atau dekat.
3. Ibu
dapat segera melaporkan keadaan-keadaan bayi yang aneh ditemuinya.
4. Ibu
dapat belajar cara merawat bayi
5. Mengurangi
ketergantungan ibu pada petugas dan membangkitkan kepercayaan diri yang lebih
besar dari perawatan bayi.
6. Dapat
bertukar pengalaman dengan ibu-ibu yang lain termasuk dapat menimbulkan
motivasi pengurangan KB.
7. Berkurangnya
infeksi silang dan infeksi nosokomial
8. Mengurangi
beban perawatan terutama dalam pengawasan sehingga petugas bisa melakukan
pekerjaan lain yang bermanfaat misalnya penyuluhan serta cara perawatan bayi.
b. Kerugian
1. Ibu
dapat kurang istirahat terganggu oleh bayinya sendiri atau bayi lain yang
menangis
2. Bisa
terjadi salah pemberian makan oleh pengaruh rekan-rekannya.
3. Ibu-ibu
yang sakit atau yang kurang tahu hygiene atau kebersihan.
4. Bayi
bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung.
5. Pada
pelaksanannya kadang-kadang ada hambatan-hambatan teknis dan fasilitas.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Adaptasi neonatal (
bayi baru lahir ) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan
didalam uterus kekehidupan diluar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologi ini
disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan
sakit.
Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan
fungsi – fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan, termaksud masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterine.
Pencegahan infeksi
merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir
karrena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan
bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Rawat gabung adalah suatu system perawatan
ibu dan anak bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga
memungkinkan sewaktu- waktu, setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya. (
Dwi maryanti dkk, 2011).
2.
Saran
Kepada ibu- ibu yang baru memiliki anak, harus
meperhatikan apa yang dimaksud dengan adaptasi neonatal itu sendiri supaya
dapat mengetahui cara pencegahan infeksi itu seperti apa dan pengetahuan
tentang rawat gabung itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi, Vivian
Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Fauziah,
Afroh dan Sudarti. 2012. Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dwi
Maryanti, sujianti dan tri budiarti.2011.
Buku Ajar Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita .Jakarta: TIM, CV. Trans
Info Media
Wafi nur Salihatun.
2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Yogyakarta : Fitramaya
Deslidel,
Zuchrah Hasan, Rully Hevrialni dan Yan Sartika.2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta.
Anik maryunani.2010.
Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta timur: CV. Trans info media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar