KESEHATAN REPRODUKSI
“(PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)”
Di susun
O
L
E
H
SULISTIYOWATI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA
PROGRAM
DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN
AJARAN 2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kesehatan
Reproduksi yang berjudul “Penyakit Radang Panggul” (Pelvic Inflammatory Disease)
dengan baik tanpa hambatan.
Dengan selesainya makalah ini
disusun, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang
Terhormat Dosen Pembimbing kami serta kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.walaupun makalah ini telah selesai,namun karena
keterbatasan kemampuan dan literatur yang kami miliki, sehingga makalah ini jauh dari
sempurna, sehingga besar harapan kami untuk
menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif.
Kami mengucapkan selamat membaca
semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca pada umumnya dan ilmu
pengetahuan khususnya.
Terimakasih
Sentani ,09 April 2013
penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Pendahuluan 1
2. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
Definisi
Penyakit Radang Panggul 2
2.
Penyebab
PID 2
3.
Faktor
Resiko 3
4.
Gejala
Klinis 4
5.
Diagnosa 4
6.
Cara
Pengobatan 5
7.
Cara
Pencegahan 5
8.
Terapi 6
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan 7
2.
Saran 7
DAFTAR PUSTAKA iv
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
PENDAHULUAN
Seorang wanita kerap mengalami
keluhan nyeri berkepanjangan pada daerah perut dan panggulnya.Nyeri tersebut
merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pada wanita yang bagian atas
wanita yang sebagian besar akibat hubungan seksual. Biasanya disebabkan oleh
Neisseria gonore dan Klamidia trakomatis dapat pual oleh organisme lain yang
menyebabkan vaginosis bacteriaPenyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi
endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada
wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang
menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut
kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.Terdapat
peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan
beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan
penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan
operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD
(spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang
seksual aktif.
2. TUJUAN
1. Untuk memperdalam pengetahuan
tentang Penyakit Radang Panggul (PID)
2. Serta untuk
mengkaji,mendiagnosa,mengevaluasi,serta mengimplementasi penyakit radang panggul.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)
Penyakit Radang
Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam tulisan ini
akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi
pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari
ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan
komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually
Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan
gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus
dan ovarium.
Berdasarkan data
epidemiologis yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) di Amerika Serikat (tahun 2008) disebutkan bahwa lebih
dari 1 juta wanita pernah mengalami episode PID akut dalam kehidupannya. Dan
lebih dari 100.000 wanita menjadi infertil setiap tahunnya karena PID dan
proporsi yang semakin besar dari kejadian kehamilan ektopik setiap tahunnya
terkait dengan dampak lanjutan dari PID yang tidak tertangani dengan baik.
Setiap wanita
sesungguhnya memiliki barrier fisiologis yang menyebabkan kuman-kuman mengalami
hambatan mekanik, biokemik, dan imunologis, baik itu pada vagina, ostium uteri
eksternum, kavum uterus, maupun pada lumen tuba uterina fallopii. Bentuk-bentuk
hambatan itu diantaranya adalah: epitel vagina wanita dewasa yang cukup tebal
dan terdiri atas glikogen, serta basil Doderlein yang memungkinkan pembuatan
asidum laktikum sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina, yang selanjutnya
memperkuat daya tahan vagina. Walaupun dalam vagina terdapat banyak kuman lain,
akan tetapi dalam keadaan normal basil Doderlein lebih dominan. Pada serviks
uteri terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan lendir yang alkalis serta
mengental di bawah kanalis servikalis dan ini menyulitkan masuknya kuman ke
atas.Getaran rambut getar pada mukosa tuba fallopii menyebabkan arah
pergerakannya menuju uterus dan hal ini disokong oleh gerakan peristaltik tuba
yang merupakan halangan pada infeksi untuk terus meluas ke rongga peritonium.
Barrier fisiologis ini akan terganggu pada keadaan-keadaan perdarahan, abortus,
dan instrumentasi kanalis servikalis.
2.
PENYEBAB PID
Pelvic Inflammatory
Disesase ini biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga menyebabkan penyakit menular seksual
lainnya. Diantaranya adalah: C.trachomatis, N gonorrhoeae, Gardnerella
vaginalis, Haemophilus influenzae, Escherichia coli (organisme gram negatif
yang enterik), Bacteroides fragilis, dan Mycoplasma genitalium. Sedangkan
penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: aktinomikosis (infeksi
jamur), skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis, dan penyuntikan zat
warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
Pelvic Inflammatory
Disesase terjadi jika
mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik menuju
organ reproduksi di atasnya.Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah
gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak.
Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga
berganti-ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID. Hal ini
dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya
matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas terkena penyakit menular seksual
yang berkaitan pula dengan PID tersebut.Faktor resiko lainnya adalah
berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk pembersih
padahal dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk menembus
barier alamiah tersebut.Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine device)
juga memiliki resiko untuk menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak
menggunakan, terutama dalam 4 bulan setelah pemasangan IUD.Hal ini disebabkan
adanya penghubung yang memudahkan kuman untuk masuk ke dalam uterus.
Namun resiko ini dapat
ditekan, jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap
kemungkinan menderita penyakit menular seksual sebelumnya.Di samping itu faktor
resiko lainnya adalah pada saat menstruasi.Di mana minggu pertama haid
merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan media
yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae.Oleh karenanya, penting
diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan
daerah sekitar kemaluannya.
3.
FAKTOR RESIKO
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia
25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini
disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual
dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.Faktor
lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir
servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis
sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
4.
GEJALA KLINIS
Keluhan yang dirasakan
pasien yang menderita PID biasanya beragam.Mulai dari tidak ada keluhan sampai
dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa
demam,keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi,dan bau yang abnormal,timbul
bercak-bercak kemerahan di celana dalam,nyeri senggama,nyeri saat buang air
kecil,menstruasi yang tidak teratur,kram perut saat menstruasi, terjadi
perdarahan hebat saat menstruasi,nyeri pada daerah perut bawah dan dapat
memburuk jika disertai mual muntah,serta kelelahan yang disertai dengan nafsu
makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi
jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses
yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis
generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah
berlangsung beberapa minggu.
Pelvic Inflammatory
Disesase sulit didiagnosis
karena seringkali gejala yang ditunjukkan tidak begitu kelihatan dan biasanya
ringan.Banyak episode PID tidak terdeteksi dengan baik karena seringkali wanita
yang menderita ataupun dokter yang dikunjunginya tidak begitu memikirkan PID
oleh karena keluhan dan gejala yang tidak spesifik.Dalam membantu diagnosis
PID, dapat dikerjakan pemeriksaan darah untuk melihat kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) yang menandakan terjadinya infeksi, serta peningkatan C-reactive
protein (CRP) dan laju endap darah (namun tidak spesifik). Kemudian kultur
untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi
atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk
mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat
dipakai untuk melihat adanya infeksi
5.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya
yang biasa dilakukan:
·
Pemeriksaan darah lengkap
·
Pemeriksaan cairan dari serviks
·
Kuldosintesis
·
Laparoskopi
·
USG panggul
6.
PENGOBATAN
Pelvic Inflammatory
Disesase dapat diobati dengan
beberapa macam antibiotika.Namun pemberian antibiotika ini tidak sepenuhnya
mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan pada organ
reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan keluhan
PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter. Pemberian antibiotika yang
tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi
wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar
kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan
ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii.
Karena sulitnya untuk
mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi internal dan juga
kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID biasanya
diobati dengan sedikitnya dua macam antibiotika yang memiliki efektivitas yang
baik di dalam mematikan organisme penyebab tersebut.Antibiotika ini dapat
diberikan secara oral maupun secara injeksi. Antibiotika yang dapat digunakan
antara lain: ofloxacin, metronidazole, dan doxycycline. Di mana lamanya
pengobatan biasanya ± 14 hari.
Pengobatan yang tepat
dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID.Tanpa pengobatan yang tepat PID dapat
menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita.Organisme penyebab
PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan terbentuknya jaringan parut
(scar tissue).
7.
PENCEGAHAN
Wanita dapat
melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs atau segera
berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah STDs
adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan atau setia
pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining
test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan benar dan
berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan gonorrhea. CDC
merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita berusia 25 tahun
atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita yang lebih
tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki pasangan
baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita hamil.
Keluhan pada alat
genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang abnormal,
rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus menstruasi
bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut mengalami
keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk sementara
waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara lebih dini
dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan sedang
menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan diperiksa
terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual sebaiknya jangan
dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani pengobatan
dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.
8.
TERAPI
Tujuan utama terapi
penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan
infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi
kronik
Pengobatan dengan
antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah
pilihan utama.Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk
melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus
diobati.Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang menderita
gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini.
Seseorang dapat
menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki
gejala.Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka
pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis,PID,Pelvic
Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba fallopi (saluran yang
menghubungkan indung telur dengan Rahim).Peradangan tuba fallopi terutama
terjadipada wanita yang secar seksual aktif.Resiko terutama ditemukan pada
wanita yang memakai IUD.
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi
pada saluran genital bagian bawah,yang menyebar keatas melalui leher Rahim.buth
waktu dalam hitunganhari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit
radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonnorhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jarigan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher Rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut.
Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometriumyang menyebabkan
berkurangnya pertahanan dari Rahim,serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Penyebab
lainnya yang lebih jarang terjadi adalah :
· Aktinomikosis (infeksi bakteri)
· Skistosomiasis (infeksi parasite)
· Tuberkulosis
· Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan
rontgen khusus.
2.
SARAN
Untuk menghindari Penyakit Radng Panggul yang sering dialami
oleh kebanyakan wanita sebaiknya dimulai terlebih dahulu dari hal yang paling
mudah yaitu menjaga diri termasuk merawat pada daerah yang rawan mikroba
termasuk di daerah genetalia bagian dalam vagina,agar terhindar dari bakteri
yang dapat menyebabkan rasa nyeri,serta harus setia pada satu pasangan saja.Dan
mulailah menjaga anggota tubuh kita agar terhindar dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar