SATUAN
ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN
Topik : Difteri
Alokasi waktu : 15 menit
Tempat : Balai desa Wiantri Arso V (RT 07/ RT 03 )
Hari, tanggal : Selasa, 10 Desember 2013
Waktu : 10.00 WIT
Sasaran : Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan
sampai 11 bulan
Penyuluh : Sulistiyowati
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan
Umum
Stelah mendapatkan pelayanan kesehatan,
ibu yang mempunyai bayi dan anak 2 bulan sampai 11 bulan dapat mengetahui dan
menjelaskan tentang difteri.
B. Tujuan
khusus
Setelah mendapatkan penjelasan selama 15
menit, diharapkan :
1. Ibu
yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan
tentang pengertian difteri.
2. Ibu
yang mempunyai bayi dan anak usia usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat
menjelaskan penyebab difteri.
3. Ibu
yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan
penularan difteri.
4. Ibu
yang mempunyai bayi dan anak usia 2
bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan manifestasi klinis difteri.
5. Ibu
yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan patofisiologi
difteri.
6. Ibu
yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan komplikasi
difteri.
7. Ibu
yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan
pencegahan difteri.
C. Materi
Pembelajaran
Terlampir
D. Metode
Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
dan Tanya jawab.
E. Alat
Peraga
Leaflet
F. Evaluasi
Belajar
Evaluasi akan dilakukan selama proses
berlangsung dan setelahnya.
Bentuk evaluasi.
1. Apa
pengertian difteri ?
2. Apa
penyebab dari difteri ?
3. Cara
penularan difteri ?
4. Manifestasi
klinis dari difteri?
5. Apa
saja patofisiologi dari difteri?
6. Komplikasi
yang bisa terjadi ?
7. Bagaimana
pencegahan difteri?
G. Referensi
Dwi maryanti dkk. 2011. Buku ajar neonates, bayi dan balita. Jakarta
timur: TIM.
MATERI
1. PENGERTIAN
Difteri
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium diphetheria
merangsang saluran pernafasan terutama pada balita.
Difteri
merupakan salah satu penyakit yang sangat menular ( contagious disease).
Penyakit ini disebabkan olaeh bakteri Corynebacterium diphetheria yaitu kuman
yang menyerang saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring ( bagian
antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring.
2. PENYEBAB
Disebabkan
oleh corynebakterium diptheriae , bakteri gram positif yang bersifat polimorf,
tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarna sediaan langsung dengan biru
metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung
dari lesi. Sifat basil polimorf , gram positif, tidak bergerak dan tidak
membentuk spora, mati pada pemanasan 60 0C selama 10 menit, tahan sampai
bebera[pa minggu dalam es, air susu, dan lender yang telah mongering.
3. PENULARAN
Penyakit
difteri menular melalui tetes udara atau
percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita ketika batuk atau bersin.
Selain itu, dari jari – jari, handuk, dan susu yang terkontaminasi juga
bisa menularkan penyakit difteri kepada orang lain.Penularan juga dapat terjadi
melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau menyentuh
luka penderita.
4. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala
umum yang timbul berupa :
a. Demam
tinggi
b. Lesu
dan lemah
c. Pucat
d. Anoreksia
e. pusing
Gejala khas yang menyertai:
a. Nyeri
menelan
b. Sesak
nafas
c. Serak
d. Kelenjar
getah bening di leher atau leher membengkak
e. Selaput
berwarna putih
Tanda dan gejalanya umumnya muncul 2 – 5 hari setelah terinfeksi,
namun mungkin juga baru muncul 10 hari kemudian.
5. PATOFISIOLOGI
Corynebacterium
dipteriae masuk kehidung atau mulut dimana basil akan menempel dimukosa saluran
nafas bagian atas, kadang kadang kulit, mata atau mukosa genital. Setelah 2 – 4
jam hari masa inkubasi kuman dangan corynephage menghasilkan toksik yang mula
mula diabsorsi oleh membrane sel, kemudian penetrasi dan interferensi dengan
sintesa protein bersama – sama dengan sel kuman mengeluarkan suatu enzim
penghancur terhadap Nicotinamide
Adenine.
Dinucleotide
( NAD ). Sehingga sintesa protein
terputus karena enzim dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dan RNA dengan
memperpanjang rantai polipeptida akibatnya terjadi nekrose sel yang menyatu
dengan nekrosis jaringan dan membentukeksudat yang mula – mula dapat diangkat ,
produksi toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas akhirnya terjadi
eksudat fibrin, perlengketan dan membentuk membrane yang berwarna dari abu –
abu sampai hitam tergantung jumlah darah yang tercampur dari perbentukan
membrane tersebut apabila diangkat maka akan terjadi pendarahan dan akhirnya
menimbulkan difteri.
Hal
tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak antara lain sesak nafas sehingga
menyebabkan pola nafas tidak efektif , anoreksia sehingga penderita tampak
lemah , sehingga terjadi intoleransi aktifitas.
6. KOMPLIKASI
a) Nafas
berhenti atau apnea
b) Neuritis
Neuritis merupakan
peradangan pada saraf
c) Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau
inflamasi pada miokardium
d) Nefritis
Nefritis adalah
kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteri
streptococcus
e) Paralisis
Kelumpuhan (paralisis)
adalah hilangnya gerakan sukarela (fungsi motorik).
Sehingga hampir setiap
satu dari sepuluh orang yang menderita penyakit difteri akan meninggal
karenanya.
Anak –anak yang berumur
kurang dari 5 tahun sangat beresiko tertular penyakit difteri demikian pula
mereka yang tinggal dilingkungan padat penduduk atau lingkungan yang kurang
bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak diimunisasi DPT.
7. PENCEGAHAN
Seorang
dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi bergantung
dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan pada juga kekebalannya.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapatkan kekebalan pasif,
tetapi tak akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun kekebalannya habis
sama sekali. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai
kekebalan abadi. Paling baik adalah kekebalan yang didapat secara aktif dengan
imunisasi.
Pencegahan
paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (
DPT ) sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan satu dua bulan. Pemberian imunisasi
akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus dalam waktu bersamaan . Efek samping yang mungkin akan timbul adalah
demam, nyeri, dan bengkak pada permukaan kulit, dan mengatakannya cukup
diberikan obat penurun panas.
Pencegahan
penyakit difteri adalah dengan
memberikan imunisai DPT ( difteri
pertusis tetanus) saat anak berumur 2, 4, 6, 18
bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun sampai 18 tahun diberikan
imunisasi TT ( Toxoid Tetanus ) saja. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan
kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam
kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak batuk yang diduga mungkin sedang
menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat
maka sebaiknya suntikan berikutnya jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja ( tanpa P )
Lucky Club Casino Site | Live Dealer | Slots and Table Games
BalasHapusLucky Club is a unique place in the gambling industry, a place where everyone can enjoy casino gaming. The casino features high quality games, from luckyclub.live video