Selasa, 03 Juni 2014

SAP Difteri



SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Topik                           : Difteri
Alokasi waktu             : 15 menit
Tempat                        : Balai desa  Wiantri Arso V (RT 07/ RT 03 )
Hari, tanggal               : Selasa, 10 Desember 2013
Waktu                         : 10.00 WIT
Sasaran                        :  Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan
Penyuluh                     : Sulistiyowati

TUJUAN PEMBELAJARAN
A.    Tujuan Umum

Stelah mendapatkan pelayanan kesehatan, ibu yang mempunyai bayi dan anak 2 bulan sampai 11 bulan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang difteri.

B.     Tujuan khusus

Setelah mendapatkan penjelasan selama 15 menit, diharapkan :

1.    Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan tentang pengertian difteri.
2.    Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan penyebab difteri.
3.    Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan penularan difteri.
4.    Ibu yang mempunyai bayi dan  anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan manifestasi klinis difteri.
5.    Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan patofisiologi difteri.
6.    Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan komplikasi difteri.
7.    Ibu yang mempunyai bayi dan anak usia 2 bulan sampai 11 bulan dapat menjelaskan pencegahan difteri. 
C.     Materi Pembelajaran

Terlampir
D.    Metode Pembelajaran

1.    Ceramah
2.    Diskusi dan Tanya jawab.

E.     Alat Peraga

Leaflet

F.      Evaluasi Belajar

Evaluasi akan dilakukan selama proses berlangsung dan setelahnya.

Bentuk evaluasi.

1.    Apa pengertian difteri ?
2.    Apa penyebab dari difteri ?
3.    Cara penularan difteri ?
4.    Manifestasi klinis dari difteri?
5.    Apa saja patofisiologi dari difteri?
6.    Komplikasi yang bisa terjadi ?
7.    Bagaimana pencegahan difteri?

G.    Referensi

Dwi maryanti dkk. 2011. Buku ajar neonates, bayi dan balita. Jakarta timur: TIM.







MATERI

1.      PENGERTIAN

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium diphetheria merangsang saluran pernafasan terutama pada balita.

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular ( contagious disease). Penyakit ini disebabkan olaeh bakteri Corynebacterium diphetheria yaitu kuman yang menyerang saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring ( bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring.


2.      PENYEBAB

Disebabkan oleh corynebakterium diptheriae , bakteri gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarna sediaan langsung dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi. Sifat basil polimorf , gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60 0C selama 10 menit, tahan sampai bebera[pa minggu dalam es, air susu, dan lender yang telah mongering.

3.      PENULARAN

Penyakit difteri menular melalui tetes udara  atau percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita ketika batuk  atau bersin.  Selain itu, dari jari – jari, handuk, dan susu yang terkontaminasi juga bisa menularkan penyakit difteri kepada orang lain.Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau menyentuh luka penderita.


4.      MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum yang timbul berupa :

a.       Demam tinggi
b.      Lesu dan lemah
c.       Pucat
d.      Anoreksia
e.       pusing

Gejala khas yang menyertai:

a.       Nyeri menelan
b.      Sesak nafas
c.       Serak
d.      Kelenjar getah bening di leher atau leher membengkak
e.       Selaput berwarna putih

Tanda dan gejalanya  umumnya muncul 2 – 5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin juga baru muncul 10 hari kemudian.

5.      PATOFISIOLOGI
Corynebacterium dipteriae masuk kehidung atau mulut dimana basil akan menempel dimukosa saluran nafas bagian atas, kadang kadang kulit, mata atau mukosa genital. Setelah 2 – 4 jam hari masa inkubasi kuman dangan corynephage menghasilkan toksik yang mula mula diabsorsi oleh membrane sel, kemudian penetrasi dan interferensi dengan sintesa protein bersama – sama dengan sel kuman mengeluarkan suatu enzim penghancur terhadap  Nicotinamide Adenine.
Dinucleotide (  NAD ). Sehingga sintesa protein terputus karena enzim dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dan RNA dengan memperpanjang rantai polipeptida akibatnya terjadi nekrose sel yang menyatu dengan nekrosis jaringan dan membentukeksudat yang mula – mula dapat diangkat , produksi toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas akhirnya terjadi eksudat fibrin, perlengketan dan membentuk membrane yang berwarna dari abu – abu sampai hitam tergantung jumlah darah yang tercampur dari perbentukan membrane tersebut apabila diangkat maka akan terjadi pendarahan dan akhirnya menimbulkan difteri.
Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak antara lain sesak nafas sehingga menyebabkan pola nafas tidak efektif , anoreksia sehingga penderita tampak lemah , sehingga terjadi intoleransi aktifitas.

6.      KOMPLIKASI

a)      Nafas berhenti atau apnea
b)      Neuritis
Neuritis merupakan peradangan pada saraf
c)      Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau  inflamasi pada miokardium
d)     Nefritis
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteri streptococcus
e)      Paralisis
Kelumpuhan (paralisis) adalah hilangnya gerakan sukarela (fungsi motorik).

Sehingga hampir setiap satu dari sepuluh orang yang menderita penyakit difteri akan meninggal karenanya.
Anak –anak yang berumur kurang dari 5 tahun sangat beresiko tertular penyakit difteri demikian pula mereka yang tinggal dilingkungan padat penduduk atau lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak diimunisasi DPT.

7.      PENCEGAHAN

Seorang dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi bergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan pada juga kekebalannya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapatkan kekebalan pasif, tetapi tak akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun kekebalannya habis sama sekali. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai kekebalan abadi. Paling baik adalah kekebalan yang didapat secara aktif dengan imunisasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis ( DPT ) sebanyak tiga kali  sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan satu dua bulan. Pemberian imunisasi akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus dalam waktu bersamaan . Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri, dan bengkak pada permukaan kulit, dan mengatakannya cukup diberikan obat penurun panas.
  Pencegahan penyakit difteri  adalah dengan memberikan imunisai DPT  ( difteri pertusis tetanus) saat anak berumur 2, 4, 6, 18  bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun sampai 18 tahun diberikan imunisasi TT ( Toxoid Tetanus ) saja. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikutnya jangan diberikan DPT lagi melainkan DT  saja ( tanpa P )

1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site | Live Dealer | Slots and Table Games
    Lucky Club is a unique place in the gambling industry, a place where everyone can enjoy casino gaming. The casino features high quality games, from luckyclub.live video

    BalasHapus